Saksi Sejarah Keganasan G30S/PKI Ada di Sangihe, Gaghana Tandatangani Prasasti Ade Irma Nasution di Rumah Sang Pengasuh Alpiah Makasebape

oleh -211 Dilihat
Bupati Sangihe Jabes E Gaghana SE ME foto bersama dengan Dandim 1301/Sangihe Letkol Inf Rachmat Christanto, SIP mengapit Oma Alpiah Makasebape (84) sang Pengasuh Ade Irma Suryani Nasution dan selaku saksi sejarah keganasan G30S/PKI tahun 1965.

TAHUNA– Keganasan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) dalam upaya melakukan revolusi menumbangkan pemerintahan Republik Indonesia tercatat keji dalam sejarah bangsa ini. Salah satu saksi sejarah keganasan partai komunis tersebut adalah Alpiah Makasebape (84), wanita asal Sangihe yang saat itu menjadi pengasuh Ade Irma Nasution yang merupakan Anak Jenderal Nasution dan menjadi korban pembunuhan sadis dalam aksi pergerakan berdarah.

Bupati Sangihe Jabes E Gaghana SE ME didampinggi Komandan Kodim 1301/Sangihe Letkol Inf Rachmat Christanto, SIP, menghadiri peresmian Monumen Ade Irma Suryani Nasution “Dalam Kenangan Alpiah Makasebape Sang Pengasuh” yang berada di Kelurahan Dumuhung Kecamatan Tahuna Timur, Rabu (30/09/2020).

Pada kesempatan tersebut Gaghana menyatakan, mengingat sejarah bahwa hari ini adalah peringatan yang memilukan, yaitu peristiwa perebutan kekuasaan pada 1965.

Mengenang sebuah sejarah yang diprakarsai oleh pak Walukow dengan membuat monumen ini mengingatkan kita semua bahwa di Sangihe terdapat orang yang ikut melakukan pendampingan keluarga Jenderal AH Nasution dan disini ditunjukkan kenang-kenangan saat di sana dan dapat menjelaskan secara detail dan menjadi saksi sejarah yang masih hidup.

“Kita dapat memahami dan mereflekesikan kita bahwa kejadian didalamnya dapat menceritakan pada kita semua. Atas nama masyarakat Kepulauan Sangihe mengucapkan terimaksih dan ini dapat dicontohkan kepada generasi muda dan untuk dapat meneladani apa yang telah dibuat dan bagi pengalaman kepada kita semua dapat memperingati 30 September.
Sejarah adalah pembuktian dan kita bangsa yang besar untuk dapat menghargai itu semua dengan harapan kita dapat merefleksikan dan memulai dengan pembangunan dari apa yang telah dilakukan senior senior terdahulu lakukan dalam rangka menjaga kerangka NKRI”, ungkap Gaghana.

Dandim 1301/Sangihe Letkol Inf Rachmat Christanto, S.I.P mengatakan, Pendirian Monumen ini merupakan wujud penghargaan setinggi-tingginya dan rasa terimakasih atas jasa ibu Alpiah Makasebape, yang telah mengasuh Alm. Ade Irma Suryani Nasution sekaligus menjadi saksi hidup kekejaman peristiwa G30S/PKI pada waktu silam.

“Ini merupakan aspirasi dan sejarah yang harus terus kita ingat, agar peristiwa tersebut tidak terulang kembali. Monumen ini untuk mengingatkan kita semua, khususnya generasi muda dan masyarakat sangihe bahwa saksi hidup peristiwa G30S/PKI merupakan putri terbaik dari Kabupaten Kepulauan Sangihe yang saat ini masih ada,” ungkap Chtistanto.

Sementara itu, Alpaih Makasebape memberikan penjelasan bahwa barang-barang milik Ade Irma Suryani Nasution yang diberikan merupakan kenang-kenangan dan pengingat bahwa pernah menjadi perawat Ade Irma Suryani sejak 1960.

“Terima ksih atas kesempatan yang diberikan dan terimakasih kepada pak Walukow yang telah mengangkat sejarah Ade Irma Nasution karena dengan ini dapat diketahui oleh semua orang. Terimakasih kepada pak Bupati yang telah hadir untuk meresmikan patung Ade Irma Nasution”, ungkap Oma Alpiah.

Ia juga menyatakan bahwa saya menyesal nanti saat ini bapak ibu baru tahu bahwa saya perawat Ade Irma dari tahun 1960 hingga saya menikah dengan orang Sanger.

Selama saya bekerja di keluarga Nasution – Gondokusumo, mereka sangat sayang sekali dan mungkin mereka diberikan yang terbaik. Sebagai perawat keluarga Nasution-Gondokusumo, mereka sangat baik dalam memperlakukan saya dan ketika Ade Irma tertembak dan akan dibawa ke rumah sakit masih dalam kondisi hidup saya bersama Ibu dan 2 orang lainnya membawa ke rumah sakit.

Penandatanganan prasasti Ade Irma Suryani Nasution oleh Bupati Sangihe Jabes E Gaghana SE ME
Penandatanganan prasasti Ade Irma Suryani Nasution oleh Bupati Sangihe Jabes E Gaghana SE ME

“Saat kejadian 30 September 1965, Pierre keluar dengan kaos abu-abu dan celana Tentara menemui orang-orang yang jahat itu dan mereka menanyakan dimana Nasution dan dijawab Pierre bahwa saya Nasution yang lalu mereka membawanya, itu ada dalam sejarah. Pak Nasution disuruh sembunyi dan tertembak kakinya dan lari ke Teuku Umar”, singkat Oma Alpiah dengan raut wajah sedih mengingat peristiwa berdarah tersebut.

Peresmian monumen patung Ade Irma Suryani Nasution oleh Bupati Kepulauan Sangihe dalam rangka refleksi memperingati penghianatan Gerakan 30 September yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia dan sebagai pengingat bahwa terdapat orang dari Kepulauan Sangihe yang turut serta menjadi saksi sejarah dalam kejadian tragis tersebut yang bekerja sebagai perawat di rumah keluarga Jenderal Anumerta AH Nasution.

(sam)

No More Posts Available.

No more pages to load.