MANADO-Bayi lahir prematur masih menjadi momok serius di bidang kesehatan.
Namun, Kepala Sub Bagian Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUP Kandou dr Johnny Rompis SpA(K) menyatakan bahwa kondisi bayi prematur bisa diintervensi. Supaya di masa depan bisa menjadi anak berprestasi.
“Bayi prematur atau lahir di bawah 37 minggu atau lebih awal dari hari perkiraan lahir, butuh asupan tinggi kalori dan tinggi protein disertai stimulasi yang tepat selama masa perawatan,” ujarnya.
Asupan gizi tinggi kalori dan tinggi protein tersebut, sebut dr Johnny, karena semua organ tubuh bayi tersebut pasti prematur.
Efek prematur setelah dewasa, ungkapnya, bakal menimbulkan berbagai masalah.
Seperti masalah neurologik ditandai volume otak berkurang signifikan, maupun peningkatan gangguan neurologik.
Kemudian masalah komplikasi metabolik tinggi, sensitivitas insulin rendah, tekanan darah dan lemak tubuh meningkat, fungsi jantung menurun, bahkan masalah pada tulang.
Di sisi lain, Gubernur Sulut Olly Dondokambey memastikan bahwa Pemprov Sulut memberi perhatian penuh terhadap kesehatan anak.
Salah satu indikatornya adalah semakin menurunnya kasus kematian bayi. “Tahun 2018 tinggal 135 kasus, lebih baik dari 2017 dengan 161 kasus,” ungkapnya.
Perbandingan angka tersebut bahkan lebih baik dari tahun 2016 dengan 201 kasus. Sementara akhir 2012 terbilang tinggi dengan 206 kasus kematian bayi baru lahir.
Kepala Dinas Kesehatan Sulut dr Debie Kalalo MSc PH menambahkan, pada tahun ini pihaknya berupaya meningkatkan pelaksanaan ANC (ante natal care) berkualitas.
Berupa peningkatan Puskesmas PONED (pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar) dan RS PONEK (pelayanan obstetri neonatal emergensi komprehensif). Diikuti peningkatan kapasitas SDM dan sarana-prasarana.
“Juga mengintegrasikan pencegahan kematian bayi bekerjasama dengan organisasi keagamaan maupun organisasi kemasyarakatan,” pungkas Kalalo.