SUMUT – Banyaknya kapal hanya tersandar, bahkan mesin pun tak menyapa hingga berminggu-minggu, akibat sepinya pengunjung, di Danau Toba Parapat.
Demikian dikeluhkan boru Sirait yang sudah lama mengelola kawasan pantai kepada wartawan, Sabtu (23/3/2019).
“Sudah hampir delapan bulan sejak terjadinya tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun (lebaran ke-3), kalau tidak salah,”ungkapnya miris.
Sejak itu, Natal dan Tahun baru pun sepi pengunjung, ditambah lagi longsor di jembatan kembar, hingga menutup akses ke Parapat, katanya sedih.
Sebelumnya, jika Sabtu malam Minggu, ada saja pengunjung, setidaknya 5 atau 10 tukar dapat dihasilkan. Tapi kini tak ada lagi yang diharapkan, katanya. Padahal, tarif sewa tikar pun sudah diturunkan, hanya Rp30 ribu.
Diakuinya juga, ada sebahagian pengelola pantai yang masih memberlakukan tarif sewa tikar hingga Rp70 ribu dan parkir Rp.50 ribu. Kami sering dipanggil pemerintah kecamatan, agar mengenakan tarif sewajarnya kepada tamu, agar banyak pengunjung yang datang. Juga pemilik hotel jangan mengenakan tarif menginap yang terlalu mahal, beritahunya.
“Saat rapat disetujui, tapi setelah rapat banyak juga pengelola yang mengenakan tarif seenaknya,”kata boru Sirait yang biasanya tidak merasa susah jika harus mengirim biaya anak sekolah. Tapi sekarang harus ngutang dulu, menunggu gaji suami, ungkapnya.
“Beginilah bu, banyak kapal hanya tersandar di pinggiran danau, karena sepi pengunjung,”katanya lagi.
Meskipun upaya pemerintah sudah maksimal mengembalikan kesan positif Danau Toba, jika masyarakat tidak siap dan berbenah diri maka semua akan sia-sia.
Sumber/ hetanews.com