TAHUNA-Pemindahan Tol Laut ke Pelabuhan Bitung setidaknya dianggap sejumlah kalangan sebagai bentuk penghianatan program Presiden Indonesia Joko Widodo.
Hal ini diungkapkan Ketua LSM Lapek H Asiz Janis ketika bersua dengan awak media ini.
Menurut Janis, ketika Pelabuhan Tahuna yang awalnya menjadi persinggahan Tol Laut dikawasan paling utara NKRI menjadi bukti program Jokowi untuk membangun dari pinggiran.
Namun sangat disayangkan hanya seumur jagung akhirnya Tol Laut pindah ke Pelabuyan Bitung.
“Ada apa dengan semua ini? Apakah hanya sebagai bentuk pemanis janji dari seorang Presiden bagi kawasan perbatasan Indonesia-Philipina atau diubah jalurnya untuk kepentingan segelintir elit politik maupun elit pengusaha,” ujar Janis.
Olehnya Janis meminta keseriusan program Presiden untuk menjamin kesejahteraan perekonomian masyarakat kepulauan perbatasan bukan hanya seumur jagung saja. “Jangan kami di perbatasan hanya dijadikan umpan untuk mendapatkan program pemerintah pusat dan akhirnya yang menikmati justru segelintir elit politik maupun elit pengusaha”, tegas Janis kembali sambil meminta Pemkab Sangihe agar tidak tinggal diam.
Menyikapi hal ini Kepala Dinas Perindag Sangihr Ir Feliks Gaghaube dihubungi terpisah menyatakan bahwa upaya merebut kembali Tol Laut untuk tetap berada di Pelabuhan Tahuna akan diperjuangkan. “Kami sudah menggelar rapat dengan sejumlah instansi, stakeholder dan pihak-pihak berkompeten lainnya,” kata Gaghaube.
Dan hasil rapat tersebut menyepakati perjuangan bersama ke pemerintah pusat dan mengembalikan jalur Tol Laut seperti jalur awalnya”, singkat Gaghaube sambil berharap dukungan masyarakat Sangihe.
(sam)