MANADO-Aktivitas kegempaan di Gunung Karangetang sampai saat ini masih teramati tinggi, dan didominasi oleh gempa-gempa dengan konten frekuensi rendah seperti gempa guguran.
Dijelaskan Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Ir Kasbani MSc, aktivitas kegempaan maksimum terjadi pada 3 Februari 2019 lalu dengan 173 kali kemunculan per hari.
Kegempaan dengan konten frekuensi tinggi seperti gempa vulkanik yang mengindikasikan pergerakan magma dari kedalaman ke permukaan, juga masih terekam. Meskipun jumlahnya tidak signifikan.
Kegempaan dengan konten frekuensi campuran yaitu gempa Hybrid/Fase Banyak masih terekam. Mengindikasikan masih adanya potensi pertambahan volume lava yang dikeluarkan.
“Gempa Hybrid mencapai jumlah tertinggi pada 6 Februari 2019 dengan 118 kali kemunculan per hari,” sebut Kasbani, Jumat (8/2/2019), di Ruang Monitoring PVMBG Bandung.
Lanjutnya, aktivitas vulkanik Gunung Karangetang saat ini berada dalam kondisi sistem terbuka.
Artinya, pergerakan magma dari kedalaman ke permukaan dapat berlangsung cepat dan tanpa hambatan.
“Aktivitas vulkanik bersifat dinamis sehingga perlu dievaluasi secara rutin untuk mengestimasi potensi ancaman bahayanya,” tandasnya.
Secara visual dari Pos Pengamatan Gunung Api Karangetang yang berada sekitar 4,5 km di sebelah barat daya puncak Gunung Karangetang, puncak gunung api umumnya tertutup kabut dan sesekali tampak jelas.
Saat jelas, asap kawah teramati bertekanan lemah berwarna putih dengan ketinggian lk. 150 m di atas Kawah Utama (Selatan) dan lk. 50 m di atas Kawah Utara.
Cuaca di sekitar gunung api umumnya berawan hingga hujan.
Pemantauan aktivitas vulkanik yang dilakukan dari laut (menggunakan speed boat) maupun dari darat (menggunakan drone), menunjukkan bahwa aliran lava secara dominan bergerak ke arah Barat Laut-Utara yaitu ke arah Kali Malebuhe dari puncak hingga ke laut.
Aliran lava ini mengakibatkan tertutupnya akses jalan raya dari Kampung Batubulan ke jalur jalan di sisi sebelah barat Pulau Siau.
Akses menuju Kampung Batubulan saat ini hanya dapat dilalui melalui jalan setapak dari Kampung Nameng di sisi Timur Laut-Utara Pulau Siau.
Terindikasi adanya penumpukan lava di ketinggian sekitar 700 m di atas permukaan laut di alur aliran lava saat ini.
Adanya penumpukan lava ini berpotensi untuk diikuti oleh penyimpangan arah aliran atau guguran lava, maupun awan panas guguran ke arah Kali Batukole dan Kali Batuare (sebelah timur Kali Malebuhe) dan Kali Saboang (sebelah barat Kali Malebuhe).
Aktivitas vulkanik berupa gemuruh sesekali dapat terdengar dan bau belerang sesekali bisa tercium dari Pos PGA.
(*/redaksi)
Post Views: 192