Warga Dusun Krajan, Desa Jatigunting, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, Minggu pagi dihebohkan dengan penemuan dua orang laki-laki yang tewas terbakar. Sadisnya, kedua leher korban juga diikat menjadi satu menggunakan tali berbahan karet ban bekas.
Mereka yakni Sya’roni, 58,seorang guru ngaji di Dusun Pejaten, Desa Pajaran, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan serta Imam Sya’roni, 70, warga Dusun Selorentek Kulon, Desa Karanganyar, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan.
Dari hasil penyelidikan Polres Pasaruan, polisi mencurigai 3 orang pelaku yang didapat dari keterangan saksi. “Hasil penyelidikan mengerucut pada tiga orang. Setelah itu kami lakukan pendalaman-pendalaman, serta mengamankan ketiga orang tersebut,” ujar Kapolres Pasuruan AKBP Rizal Martomo, dilansir dekadepos dari halaman Radar Bromo.
Salah satu dari tiga orang itu yakni DF atau M Dhofir, 59. Selain itu, polisi juga mengamankan Nanik Purwati, 30, yang tak lain ialah istri Dhofir. Serta Zainudin, 30, yang merupakan warga Desa Wonosari, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.
Menurut Rizal, ketiga orang itu saat ini tengah menjalani pemeriksaan intensif di Mapolres Pasuruan. Ketiganya juga sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembakaran tersebut. Meski begitu, Rizal belum menjelaskan peranan masing-masing tersangka dalam kasus itu. “Sekarang masih didalami, apa saja peranan mereka,” katanya.
Tetapi, motif utama terjadinya pembunuhan itu diduga kuat bermula dari inisiatif M Dhofir. Rizal menjelaskan, Dhofir merasa dendam terhadap korban. Selama ini Dhofir pernah menderita sakit. “Tersangka menyimpan dendam karena mencurigai bahwa mereka (korban, Red) telah menyantetnya sehingga mengakibatkan dirinya sakit,” ujar Rizal.
Dalam penangkapan ketiga tersangka itu pula, polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti. Di antaranya yakni motor Suzuki Smash milik korban Sya’roni, motor Yamaha Mio J milik tersangka M Dhofir, serta motor Honda Beat milik tersangka Zainudin. “Barang bukti berupa ponsel, ada tujuh yang kami amankan,” pungkasnya.
Peristiwa itu pertama kali diketahui oleh Nurul Huda, warga RT 2/RW 2 yang tinggal di sekitar lokasi kejadian. Sekitar pukul 02.30, Nurul Huda terbangun dari tidurnya lantaran mendengar suara berisik. Saat ditelusuri, suara tersebut bersumber dari depan rumahnya.
Nurul Huda mengira suara itu dari korsleting listrik. Sebab, sejak malam hari listrik di perkampungan itu padam. “Setelah keluar rumah, yang saya lihat pertama kali ada kebakaran,” ujar Nurul Huda.
Ia juga tak mencurigai adanya kejanggalan. Apalagi sampai berpikir jika api yang berkobar itu membakar dua tubuh manusia. “Saya hanya melihat tumpukan kain yang diselimuti terpal. Namun baunya memang menyengat, bau gosong,” imbuh dia.
Karena penasaran, Nurul Huda kemudian mendekati lokasi api yang terbakar itu. “Saya baru sadar kalau yang terbakar itu manusia, setelah melihat ada kaki. Namun sudah tak bergerak. Saya langsung teriak-teriak minta tolong tetangga untuk sama-sama memadamkan apinya,” jelasnya.
Teriakan itu membuat sejumlah warga terbangun. Warga kemudian berduyun-duyun mendatangi lokasi. Mereka juga bergantian menyiramkan air yang dibawanya menggunakan ember dan bak. Kejadian itu kemudian dilaporkan ke kepala desa setempat. Beberapa menit kemudian, aparat kepolisian datang.
dekadepos.com/tirza rompas