PEMATANGSIANTAR, Sore itu, Rabu (16/1/1019), cuaca cukup cerah. Seorang gadis dengan kulit putih dan rambut sebahu, duduk di halaman rumah mereka di Jalan Dusun Matio, Kelurahan Naga Huta Timur, Kecamatan Siantar Simarimbun, Pematangsiantar.
Dia memegang sebuah tongkat. Pandangannya dilempar ke arah hamparan sawah di depannya yang baru usai dipanen. Rumah mereka memang hanya berselang jalan dengan hamparan persawahan.
Gadis itu, Tri Putri Panjaitan (18), tak lama kemudian masuk ke dalam rumah dengan tertatih, seperti menyeret kedua kakinya. Dengan susah payah, dia masuk ke dalam rumah.
Menurut dia, si sulung Mariani sudah ada tanda-tanda tak bisa berjalan sejak berumur 2 tahun. Usia 0 sampai 1 tahun, Mariani cuma bisa merangkak. Memasuki usia 2 tahun dia sudah bisa duduk.
Namun, sejak usia 2 tahun, Mariani tak kunjung bisa berdiri apalagi berjalan. Karena kondisinya kian parah, boru Hutajulu mencoba membawa putrinya itu berobat ke berbagai tempat termasuk di Jakarta pada tahun 2001.
Di sana, dia berobat medis selama tiga bulan. Biaya pengobatan dibantu oleh paman Mariani. Saat itu, Tri Putri juga sudah lahir dan kondisinya sama dengan kakaknya, Mariani.
Saat berangkat ke Jakarta membawa kedua putrinya itu, boru Hutajulu menggendong, satu di depan dan satu di belakang. Dia naik bus PMH dari Pematangsiantar ke Jakarta.
“Karena ongkos naik pesawat saat itu mahal, saya naik bus ke Jakarta,” katanya.
Selama berobat di Jakarta, tampak tidak ada perubahan terhadap kondisi fisik Mariani saat itu sudah berusia 6 tahun dan Tri Putri berusia 1 tahun. Dia akhirnya memutuskan untuk pulang ke Pematangsiantar.
Sumber: kompas.com