Kisah Penyamaran Polisi, Semobil dengan Mahasiswi Muncikari

oleh -80 Dilihat
GD, perempuan berstatus mahasiswi punya pekerjaan sampingan sebagai muncikari, bisnis prostitusi online.

SAMARINDA – GD, perempuan berstatus mahasiswi punya pekerjaan sampingan sebagai muncikari, bisnis prostitusi online. Aktivitas terselubung itu mampu dibongkar polisi. Minggu (13/1), kasus yang menjerat perempuan asal Bontang itu dibeberkan.

Di dalam mobil, perempuan berjilbab itu menunjukkan foto dua perempuan lain melalui media sosial, WhatsApp. Berkulit putih, kurus, rambut kecokelatan, lesung pipit di kedua pipi, dan rambut sebahu lurus terurai.

“Sip,” ujar seorang pria yang berada satu mobil dengan GD. Mahasiswi asal Bontang itu tak tahu, pria yang ditunjukkan foto itu adalah polisi. Namun, menyamar menggunakan pakaian sipil.

GD sempat menolak untuk menawarkan jasa muncikarinya. “Dia juga tidak curiga,” sebut Kanit Ekonomi Khusus (Eksus) Satreskrim Polresta Samarinda Ipda Reno Chandra Wibowo.

Dua hotel disepakati sebagai tempat bertemu. “Kami coba pastikan dua perempuan yang dijajakan pelaku, makanya pesan dua hotel,” sambung Reno.

Masing-masing, harga yang dipatok Rp 1 juta. Bayaran tersebut hanya untuk sekali kencan, dan belum termasuk biaya sewa kamar hotel. Setelah kesepakatan, dua perempuan di hotel berbeda datang.

“Bukan di bawah umur, tapi masih kategori muda,” jelas perwira balok satu itu. Dua perempuan tersebut, yakni GA (23) dan RD (22).

Salah satu perempuan yang ditawarkan GD adalah pengusaha barang online shop. Bahkan, bukan hanya dua perempuan tersebut, teman pelaku juga ada yang ditawarkan ke beberapa pria hidung belang lainnya.

Dari kesepakatan harga, sang muncikari mendapat uang Rp 100 Ribu hingga Rp 200 ribu per sekali berhubungan. Namun, GD juga tak mematok uang yang wajib disetorkan kepadanya. Jika tak diberi uang jasa, mahasiswi semester akhir itu diajak makan bersama.

Kepada penyidik, GD mengaku, berani menawarkan teman-temannya ke pria hidung belang mulai 2017. “Iseng-iseng saja,” sebutnya. Namun, pengakuan GD tak selaras dengan penyaksian salah satu anak perempuan yang dijajakannya melalui WhatsApp.

“Dua perempuan yang ditawarkan kami jadikan saksi. Dari salah satunya menyebut, aktivitas muncikari itu sudah sejak awal 2016,” sebut Reno. Pelanggannya rata-rata juga warga biasa, dan kebanyakan dari kalangan pemuda. Disinggung perihal pelanggan dari kalangan pejabat, hal itu tidak menutup kemungkinan.

Sembari menutup wajahnya, GD bersikeras tak menjual melalui media sosial lainnya. “Jangan tambah informasi yang enggak benar. Saya tidak begitu (menjual melalui aplikasi berbasis online),” sebut pelaku. Reno menegaskan, masih mendalami keterangan pelaku dan saksi.

Sumber: jpnn.com

No More Posts Available.

No more pages to load.