GORONTALO-Pergerakan kebangsaan kemerdekaan tidak dapat dipisahkan dari peran perempuan Indonesia.
Dikatakan Danrem 133/Nani Wartabone Kolonel Czi Arnold AP Ritiauw, perjuangan panjang bangsa ini untuk meraih kemerdekaannya ikut tertuang dalam sebuah kegiatan kaum wanita.
Dan sampai saat ini tetap terjaga dan penuh semangat dalam kegiatan yang dilaksanakan sehari-hari.
Hal tersebut menjadi salah satu dasar dicetuskan suatu hari yang juga bersejarah bagi bangsa ini. Yakni dengan memperingati Hari Ibu Indonesia.
Pada tahun 2018 ini, tidak hanya oleh kaum perempuan. Kaum laki-laki juga turut memperingati melalui sebuah upacara bendera di Korem 133/Nani Wartabone.
Dalam sambutan tertulis Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, dikatakan bahwa Hari Ibu Indonesia lahir dari pergerakan bangsa Indonesia.
Keterlibatan perempuan dibuktikan melalui Kongres Perempuan pertama pada 2 Desember 1928 di Yogyakarta.
Di situlah dikukuhkan semangat dan tekad bersama untuk mendorong kemerdekaan Indonesia.
Hakekat peringatan Hari Ibu setiap tahunnya adalah mengingatkan seluruh rakyat Indonesia terutama generasi muda terkait arti dan makna Hari Ibu.
Hari Ibu juga diharapkan mendorong semua pemangku kepentingan untuk memberikan perhatian, pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor pembangunan.
Sehingga diharapkan dapat membawa pengaruh positif bagi peningkatan kualitas hidup, pemenuhan hak, dan kemajuan perempuan.
Bahkan terbukti perempuan dalam berbagai dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, mampu menjadi motor penggerak dan motor perubahan (agent of change).
Perempuan dan laki-laki keduanya adalah “Partnership” sekaligus sumber daya insani yang menentukan keberhasilan pembangunan nasional.
Berbagai persoalan sosial saat ini marak terjadi, dan berdampak kepada kehidupan masyarakat, khususnya perempuan dan anak.
Seperti terjadinya kekerasan, bentuk-bentuk perlakuan diskriminatif dan lain-lain yang tentunya diperlukan berbagai cara untuk dapat mencegahnya.
Sehingga peran keluarga menjadi salah satu yang diharapkan dapat menjadi bagian utama atau pilar untuk mencegah terjadinya kekerasan. Di antaranya melalui penanaman nilai-nilai, karakter dan budi pekerti.
Ketahanan keluarga sekaligus menjadi pondasi dalam menerapkan kehidupan yang harmonis, damai dan religius.
Pelibatan semua unsur masyarakat dan multi stakeholder sangat diperlukan, termasuk peran laki-laki dalam kampanye-kampanye, atau gerakan yang mendukung pencegahan kekerasan dan pencapaian kesetaraan gender. He for She menjadi salah satu komitmen global yang harus digelorakan sampai akar rumput.
Dalam upacara Hari Ibu Indonesia tersebut, ikut dibacakan pembukaan UUD 1945 dan sejarah singkat Hari Ibu Indonesia sejak diputuskan menjadi hari besar nasional, akan tetapi bukan hari libur nasional.(*)