MANADO– Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan paket bantuan konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) kepada nelayan di Kota Manado.
Penyerahan bantuan dalam bentuk kapal perikanan tersebut, dilaksanakan di lokasi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tumumpa, Kecamatan Tuminting, Kamis (08/11) pagi , batuan ini merupakan program kemitraan Kementerian ESDM dan Komisi VII DPR-RI.
Sekda Micler Lakat SH MH Dalam sambutannya mewakili, Wali Kota Manado DR Ir G.S Vicky Lumentut SH MSi DEA mengatakan program kemitraan Kementerian ESDM dan Komisi VII DPR-RI sangat baik dan bermanfaat bagi nelayan di Kota Manado.
“program kemitraan ini sangat baik dalam membantu pemerintah Kota Manado. Terutama para nelayan yang ada di Kota Manado,” ujar Walikota Vicky Lumentut seperti dikutip Sekda Lakat.
Menurutnya, bantuan kapal perikanan yang diberikan kepada nelayan agar dapat dimanfaatkan sebaik mungkin demi meningkatkan pendapatan nelayan.
“Himpunan nelayan Sulawesi Utara khususnya yang ada di Kota Manadomerasa sangat terbantu dengan adanya bantuan pemberian Paket Konversi BBM ke BBG untuk kapal perikanan bagi nelayan kecil. Sebagai pemerintah, saya berharap bantuan ini dapat digunakan dan dimanfaatkan dengan baik oleh nelayan,” tandas Walikota Vicky Lumentut lewat Sekda Lakat yang turut didampingi Kadis Perikanan Kota Manado Nolvie Ir Nolfie Talumewo.
Sementara, Staf Khusus Menteri ESDM Irjen Pol Purn Drs Widyo Sunaryo mengatakan pemberian bantuan bagi nelayan di Kota Manado telah melalui tahap verifikasi sesuai kriteria penerima bantuan. “Ada kreteria bagi nelayan yang menerima bantuan yaitu nelayan yang memliki kapal dibawah 5 GT atau setara dengan 13 tenaga kuda. Kemudian nelayan ini tidak menggunakan kegiatannya secara Ilegal, atau menggunakan jarring-jaring yang dilarang dalam penangkapan ikan, termasuk menggunakan bom. Juga kriteria penerima bantuan yakni belum pernah mendapatkan bantuan sejenis seperti ini,” tandas Sunaryo.
Lanjutnya, tujuan Kementerian ESDM mengkonversi BBM ke BBG untuk menghemat devisa. “Kita masih mengimpor 1,4 Juta Barel perhari. Sementara hasil dari kita sendiri (Dalam Negeri) hanya 8.500 Barel perhari. Jadi kita masih impor sekira 700.000 barel perhari. Jadi bayangkan dikali sekian Dolar, dan dia akan terus naik kalau tidak diambil langkah untuk menghemat, diantaranya dengan Konversi dari BBM ke BBG,” jelasnya, seraya berharap bantuan tersebut tidak dijual karena hanya diberikan secara gratis. Tampak hadir Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) Bara Hasibuan Walewangko
(redaksi)