JAKARTA — Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Ace Hasan Syadzily menilai, istilah “Politik Genderuwo” ditujukan kepada semua pihak, bukan pada kelompok tertentu.
Ia mengatakan, istilah itu dialamatkan kepada politisi yang gemar menebar ketakutan dan pesimisme saat kampanye.
“Saya kira pernyataan ini tidak hanya kepada kelompok tertentu, tetapi kepada siapa saja pihak terutama para politisi yang selalu melontarkan pandangan-pandangan dan narasi yang pesimistik, ketakutan dan ketidakpastian,” kata Ace melalui pesan singkat, Jumat (9/11/2018).
Padahal, menurut Ace, saat ini kondisi ekonomi Indonesia kian membaik. Ia mencontohkan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sebagai buktinya.
Demikian pula dengan inflasi yang menurut Ace masih bisa dikendalikan sehingga harga kebutuhan pokok terjangkau.
“Saat ini dollar Amerika sudah mulai menjinak ke kisaran Rp 14.600. yang kemarin menembus Rp 15.000. Angka inflasi yang masih dapat dikendalikan,” kata Ace.
“Jadi, Pemerintah diam-diam bekerja dengan sungguh-sungguh dalam menghadapi tekanan ekonomi pasar,” lanjut dia.
Diberitakan, setelah sebelumnya sempat menyindir politikus yang tak beretika dengan sebutan “sontoloyo”, Presiden Joko Widodo melontarkan sebutan “genderuwo”.
Sebutan itu disematkan Jokowi untuk para politikus yang tidak beretika baik dan kerap menyebarkan propaganda untuk menakut-nakuti masyarakat. Pasalnya, lanjut Jokowi, pada tahun politik seperti saat ini, banyak politikus yang pandai memengaruhi.
“Yang tidak pakai etika politik yang baik. Tidak pakai sopan santun politik yang baik. Coba kita lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan, kekhawatiran,” kata Jokowi saat membagikan 3.000 sertifikat tanah di GOR Tri Sanja, Kabupaten Tegal, Jumat (9/11/2018).
Tak hanya itu, menurut Jokowi, setelah menakut-nakuti rakyat, para politikus itu kerap membuat sebuah ketidakpastian dan menggiring masyarakat menuju ketakutan.
(sumber: KOMPAS.com)