MANADO-Sulawesi Utara yang sering dikatakan orang sebagai barometer dan kiblat toleransi kerukunan antar umat beragama, mengalami sedikit ujian beberapa waktu lalu.
Namun Pangdam XIII/Merdeka Mayjen TNI Tiopan Aritonang bersyukur situasi yang sempat memanas tersebut masib terkendali sehingga tidak berkembang menjadi anarkis.
“Yang sangat urgen sekarang ini adalah bagaimana kita menyikapi dan mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Harus diakui bahwa potensi konflik antar umat beragama di Sulawesi Utara ini memang benar-benar ada,” tutur Aritonang, saat coffee morning bersama para tokoh agama dan stakeholder se-Sulut, di Markas Kodam XIII/Merdeka, Selasa (23/10/2018).
Lanjut Aritonang, hal ini harus menjadi perhatian kita semua sehingga potensi konflik tersebut dapat direduksi sedikit demi sedikit agar tidak mudah disulut.
Jargon ‘Sulut Sulit Disulut’ harus bisa kita buktikan. Memang tidak mudah mengimplementasikannya. Namun dengan tekad dan kemauan untuk berbuat yang terbaik demi negara dan bangsa, kita pasti bisa.
Apapun bentuknya, yang namanya konflik antar umat beragama tidak ada baiknya. Bahkan bertentangan dengan semangat ajaran dan jiwa dari setiap agama yang ada di dunia ini.
Menurut Aritonang, pelajaran penting lain yang juga dapat kita petik adalah hoax (berita bohong) sangat berbahaya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Era keterbukaan dan kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat telah membuka Kotak Pandora dunia maya, khususnya melalui media sosial.
Begitu mudahnya setiap orang membuat dan mengakses berita lintas daerah, bahkan lintas negara, tanpa diikuti oleh kemampuan literasi media yang memadai.
Itu telah membuat bermacam-macam berita berseliweran tanpa diketahui mana yang benar dan mana yang hoax.
Virus hoax menggerogoti jiwa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia yang jati dirinya adalah bangsa yang sopan, ramah, tepa selira, dan selalu menghormati orang lain sekarang tampak garang, arogan, intoleran dan sering melontarkan ujaran kebencian.
Sadar atau tidak, banyak dari kita yang sudah terperdaya oleh kehebatan gawai (gadget) masa kini.
Bukannya memanfaatkan Android untuk memudahkan kita bekerja dan bersosialisasi, namun justru kita yang dimanfaatkan untuk menyebar hoax.
Jika dulu ada pepatah lidah lebih tajam dari pedang, maka sekarang ini dua ibu jari kita bahkan lebih tajam dari lidah.
Karena hanya dengan men-share berita-berita hoax dengan mengoperasikan 2 ibu jari kita di Android masing-masing, sudah cukup untuk membuat suatu opini publik yang buruk. Dan bahkan memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini tentunya sangat berbahaya.
Bagaimanapun juga, massif dan viralnya hoax akhir-akhir ini untuk menyebar fitnah dan menghujat orang atau kelompok tertentu, telah menyebabkan perpecahan di antara sesama anak bangsa.
Membahayakan persatuan dan kesatuan, kebhinekaan, serta mendorong tumbuhnya radikalisme dan konflik horisontal.
Apalagi pesta demokrasi untuk memilih para wakil rakyat dan pemimpin nasional saat ini sudah memasuki masa kampanye.
Tidak menutup kemungkinan para Timses menggulirkan hoax tanpa sepengetahuan calon bersangkutan untuk kepentingannya sendiri. Ink sangat berbahaya.
Karena itu, mari bersama-sama kita menginspirasi dan mengedukasi masyarakat dan bangsa kita untuk berpikir positif. Demi tetap tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Turut hadir pada kegiatan ini, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulut KH Abdul Wahab Abdul Gofur, Kepala Badan Kesbangpol Sulut Drs Meki M Onibala MS, dan Ketua Umum DPP Laskar Manguni Indonesia (LMI) Tonaas Wangko Pdt Hanny Pantouw, serta FKUB Sulut dan perwakilan Polda Sulut.
Di jajaran Kodam XIII/Merdeka, di antaranya Kasdam, Danrem 131/Santiago, Irdam, Kapok Sahli Pangdam, para Asisten dan Kabalak Dam XIII/Merdeka serta LO AL dan LO AU.(*)